Posted on Leave a comment

Rendang Tempe

Bahan-bahan:
– 500 gr (1 papan) tempe, potong tebal 1 cm
– 50 gr bumbu kelapa sangrai hitam
– 2 batang serai, geprek
– 1 lembar daun kunyit,sobek ikat simpul
– 3 lembar daun jeruk
– 2 buah asam kandis
– 2 butir kelapa, parut, ambil santan kentalnya, lalu ambil santan encernya sekitar 1 liter
– Garam secukupnya

Bumbu halus:
– 20 buah cabai keriting merah
– 15 butir bawang merah
– 10 siung bawang putih
– 2 cm jahe bakar
– 4 butir kemiri sangrai
– 1/2 sdm ketumbar sangrai
– 2 cm kunyit bakar (bisa di skip)
– 3 cm lengkuas muda

Cara membuat:
1. Tuang santan encer dalam wajan, masukkan serai, daun kunyit, daun jeruk masak hingga mendidih sambil diaduk agar tidak pecah. Tambahkan bumbu halus, asam kandis, masak hingga santan berminyak, lalu tambahkan kelapa sangrai, aduk dengan api sedang.
2. Setelah santan agak surut masukkan potongan tempe, bumbui garam. Masak hingga menjadi kalio lalu tambahkan lagi santan kental sambil terus diaduk perlahan agar bagian dasar tidak gosong, masak dengan api kecil hingga rendang mengering dan berwarna hitam.
3. Rendang Tempe siap disajikan dengan nasi hangat.

*Sumber : https://brilicious.brilio.net/

Posted on Leave a comment

5 Sunnah Rasulullah dalam Berpakain

ADA yang bilang, jikalau pakaian merupakan cerminan diri seseorang. Misalnya, jika seseorang berpakaian rapi, pastilah ia juga rapi dalam segala hal baik di rumah ataupun di mana saja ia berada. Ada yang berpendapat lain, pakaian merupakan sebuah ekspresi jiwa. Sehingga banyak orang yang berpakaian yang cukup unik. Pihak lain pun mengklaim bahwa berpakaian merupakan seni, seyogyanya saat kita mengenakan pakaian harus indah dan menujukan keindahan dalam diri.

Bisa saja semua itu benar, asalakan –catat sesuai dengan syatiat—bukan begitu? Buat apa kita berpakaian unik tapi menyiksa diri. Apakah itu yang dinamakan ekspresi jiwa? Ataupun memakai pakaian yang memperindah diri, sehingga aurat dipamerkan, karena dianggap itu bagian indah dari diri kita. Stop! Semua itu salah. Kita bisa menujukan keindahan diri kita kepada orang lain atau halayak dengan cara lain, dengan cara menutupi aurat misalnya.

Bukankah fungsi utama berpakaian itu menutup aurat. Adapun fungsi yang lainnya, menutupi dari paparan sinar matahari langsung, debu, polusi, dan baru keindahan, ekspresi diri. Rasulullah SAW telah mencontohkan bagaimana cara berpakaian yang seharusnya, tidak meyalahi syariat tapi tetap sehat. Bukankan Rasulullah SAW merupakan suri tauladan bagi kita semua, umat Islam.

Pertama, berpakaian yang memiliki warna putih.

Rasulullah SAW bersabda, “Pakailah pakaian putih, karena itu yang pakaian terbaik, dan kafanilah orang yang meninggal di antara kalin dengan kain tersebut,” (Shahih al-Jami’).

Kedua, berpakaian gamis (baju kurung).

Hal ini sesuai dengan hadis ini, “Baju yang disenangi Rasulullah SAW adalah gamis,” (Shahih al-Jami’).

Ketiga, Mendahulukan yang kanan dalam setiap keadaan.

Ini juga mencakup dalam berpakaian –dalam proses mengenakan pakaian. ‘Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW selalu mendahulukan yang kanan dalam setiap pekerjaannya, seperti dalam bersuci, berjalan, dan memakai sandal,” (HR Muttafaq ‘Alaih).

Keempat, membaca doa setiap memakai baju baru.

Ini dia doanya, “Ya Allah, bagiMu segala puji, Engkau telah memberikan pakaian ini kepadaku. Aku memohon kepadaMu kebaikannya dan kebaikan yang tercipta baginya, dan aku berlindung kepadaMu dari keburukannya dan keburukan yang tercipta baginya ,” (Shahih al-Jami’).

Dan yang terakhir, doa bagi orang yang mengenakan pakaian baru.

Ummu Khalid RA mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah menerima hadiah baju dengan gambar-gambar warna hitam, beliau berkata, “Siapa di antara kalin yang ingin mengenakan baju ini?” orang-orang diam, dan Rasul berkata, “ Panggil Ummu Khalid ke sini!” Maka aku dibawa kepada Nabi dan aku dipakaikan pakaian itu kepadaku dengan tangan beliau sendiri. Beliau berkata, “Semoga kamu panjang umur sampai baju ini rusak dan usang.” Nabi mangatakan hal itu dua kali. (HR. Al-Bukhari).

*Sunmber : https://www.islampos.com/